Jumat, 08 Januari 2010

Perampok Intelektual

Tentu kita tahu apa itu perampok, bukan? yang namanya perampok tentu beda dengan maling kampungan. Kalau maling kampungan, dia hanya mengambil milik orang lain dalam skala kecil. Contoh maling ayam, maling jemuran, maling sepedea, kompor, dan lain-lain. Jadi yang barang yang diambilnya hanya satu jenis saja. Cara pengambilannya pun dengan diam-diam.

Beda jauh dengan yang namanya perampok. Tipe yang seperti ini biasanya menggasak barang apa saja yang dilihatnya. Dan barang yang diambilnya tentu saja berskala besar. Biasanya dia juga tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk menghabisi korbannya apabila terancam. Tidak tanggung-tanggung dia menyerang korbannya secara terbuka. Beda jauh dengan yang namanya maling.

Lantas bagaimana dengan yang namanya perampok intelektual? Ini yang sebenarnya terjadi dan sudah menjadi lagu klasik di tempat kerja saya. Ironisnya, pelaku ini tidak ada penangan dari kepala sekolah selaku pimpinan di tempat kami.

Di tempat kami, ada seorang guru yang setiap kali ulangan dan remedial yang menjadikan moment tersebut sebagai ajang panen duit. Mengapa? Karena siswa setiap kali ulangan dan remedial harus membayar dengan jumlah uang yang dia tetapkan. Padahal sekolah kami sekolah negeri. Sekolah favorit dan berstandar internasional (kata kepala sekolah sih). Namun, ya tadi.... siswa dijadikan korban untuk meraup keuntungan melalui kegiatan itu. Yang lucunya lagi, setiap kali ulangan hasilnya tidak pernah diberikan kepada siswa. Mereka diberi tahu oleh guru tersebut bahwa banyak yang remedial.

Wow... coba Anda pikir, seandainya dalam satu kelas itu yang tidak remedial cuma satu atau dua orang, bahkan semua remedial, yang bodoh itu gurunya atau siswanya? Ini yang aneh sekali terjadi di sekolah kami. Tapi, jika seandainya ada siswa yang ikut les dengan dia, maka soal ulangan akan diberikan secara langsung pada saat les. Dan bagi yang tidak les, sampai kiamat juga tidak bakalan tuntas. Bahkan banyak siswa saya yang pintar tidak pernah tuntas, hasil ulangan tidak diterima, jawaban yang benar juga tidak pernah diberitahukan. Ini sudah jelas kriminalisasi di dalam dunia pendidikan.

Yang lebih negrinya lagi, beberapa tahun yang lalu banyak siswa yang tidak tuntas karena tidak ikut les dengan dia. Akhirnya supaya tuntas, siswa harus membelikan kipas angin, lampu, makanan, khong guan satu kaleng per orang atau indomie satu dus per orang. Lucu sekali, padahal guru tersebut sudah PNS, gajih tentu saja di atas dua juta rupiah perbulan.

Ini realita sebenarnya yang sering saya bicarakan kepada teman-teman dan kepala sekolah. Namun, yang saya heran kok tidak ada tindakan. Malahan kepala sekolah bilang kepada saya tidak ada bukti atau laporan dari orang tua siswa. How...laporan apa lagi yang dia mau? Sudah jelas-jelas, anak sendiri ketika remedial disuruh membeli kotak P3K kemudian disuruh menyerahkan ke rumah gurunya dan sampai saat ini kotak P3K tersebut sudah menjadi milik pribadi.

Saya juga timbul pertanyaan di dalam hati dan pikiran saya. Ada apa kiranya antara guru tersebut dengan kepala sekolah? Wallahualam....Hanya Allah yang tahu semuanya.

Bagaimana kira-kira menurut Sampeyan? Tolong dibantu ya?

Faisal Anwar; Tanah Bumbu, 25 Desember 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar / berkonsultasi di sini, tetapi jangan yang berbau SARA.