Senin, 14 Desember 2009

TUHAN ITU ADALAH TUJUAN

Membaca judul di atas pasti deh banyak sekali yang marah dengan saya. Judul di atas memang tepat. Tuhan adalah tujuan. Kalau kita seorang muslim yang ngakunya Islam, ber-Tuhan pada Allah, maka otomatis tujuannya adalah kepada Allah. Ya memang benar, tujuan kita hidup di dunia ini hanyalah Allah. Kalau kita mempunyai tujuan yang lain berarti kita bertuhan selain Allah.

Saat ini kita secara langsung dapat melihat dan menilai bahwasanya dunia ini adalah sesuatu yang sangat menyenangkan, menikmatkan, menyegarkan. Tetapi, jika kita terus mengejarnya maka dunia akan membuat kesedihan, ketakutan, dan tangisan. Itulah dunia. Sebenarnya dunia menyimpan tangis dan duka yang bertopengkan pada harapan-harapan. Namun, harapan-harapan itu apabila kita kejar akan menjadi sia-sia dan membuat kita celaka.

Kita sebagai umat muslim hendaknya jangan menjadikan dunia ini adalah tujuan. Berbahaya. Dunia meliputi tiga faktor, yakni harta, tahta, dan wanita. Banyak di antara kita yang terjerumus ke dalamnya. Banyak yang rela berkorban apa saja demi menuju tiga faktor ini. Apabila sesorang sudah mengapai yang tiga faktor tersebut, otomatis dia akan lupa dengan Allah. Dan tentu saja tujuannya adalah harta, tahta, dan wanita. Berarti tuhannya adalah harta, tahta, wanita. Bukan lagi Allah.

Siapa sih yang tidak tergiur dengan harta. Dengan harta segala urusan menjadi mudah. Hidup menjadi indah. Ya, dengan harta semuanya bisa dilakukan. Namun, kita kadang-kadang tidak menyadari harta kita itu datangnya atau asal-muasalnya dari mana? Itu yang kadang-kadang membuat kita lupa. Untuk memperoleh harta kita tidak lagi menghiraukan apakah harta yang kita peroleh itu haram atau tidak.

Kita lihat tuh, banyak para pejabat yang korupsi. Ngakunya islam, sudah haji, pengemban amanat rakyat. Tetapi korupsi. Dia tahu bahwa harta yang didaptkannya itu adalah harta yang haram, harta subhat. Tetapi yang namanya tujuannya adalah harta otomatis dia tidak akan peduli semua itu. Contoh lain lagi adalah pedagang. Untuk memperoleh keuntungan yang banyak melakukan hal bermacam-macam, baik dari yang melakukan pengurangan timbangan, meteran, literan dan melakukan berbagai dusta lainnya. Seolah-olah mereka melakukan pratik seperti ini tidak percaya terhadap rezeki yang diberikan oleh Allah. Contoh lain lagi adalah pengen kaya berangkat mencari pesugihan. Jadi babi ngepet, pelihara tuyul atau jin, dan lain-lain. Rela-relanya bertapa sampai tujuh hari tujuh malam di kuburan atau di bawah pohon besar guna untuk mencapai tujuan, yakni kaya.

Kalau sudah demikian, kita kalau melakukan hal-hal seperti contoh di atas berarti tujuan kita adalah harta. Tentu saja tuhan kita adalah harta. Apakah harta bisa menyelamatkan ketika kita sedang menghadapi sakratul maut? Apakah harta akan menolong kita pada hari pembalasan nanti? Jawabannya adalah TIDAK. Hanya Allah lah yang dapat menolong kita dari semua itu. Kita jalani saja hidup ini dengan Allah. Rezeki yang diberikan bukan berarti harta saja, tetapi panca indera kita adalah rezeki yang sangat besar diberikan Allah kepada kita. Kita dapat bernafas juga karunia Allah yang sangat besar. Kita dapat hidup merupakan karunia Allah yang sangat besar juga. Oleh karena itu janganlah kita menilai bahwa rezeki yang diberikan oleh Allah itu hanya harta semata. Mari kita syukuri segala sesuatu yang diberikan oleh Allah terhadap kita di setiap waktu.

Kemudian tahta. Banyak manusia yang berebut tahta. Dengan tahta seseorang dapat memerintahkan dan melakukan apa saja kepada bawahannya. Coba kita kembali lagi kepada kasus Pemilu kemaren. Tuh, banyak para pengejar tahta yang berlomba-lomba memberikan janji kepada rakyat. Untuk memperolehnya berbagai macam hal dilakukan. Baik dengan memberikan sogokan supaya memilih dirinya, menyebarkan fitnah, pergi ke dukun-dukun, dan lain sebagainya. Ketika menjelang hari pemilihan tiba, tahu-tahunya kalah. Stress, nangis, termenung, gila, bunuh diri, stroke dan lain-lain. Itulah akibat dari mengejar tahta bagi yang gagal. Dan bagi berhasil mencapainya, mereka mempersiapkan diri kuda-kuda untuk mengembalikan modal dan mencari keuntungan. Persetan dengan janji. Janji tinggalah janji yang terpenting adalah mengeruk uang sebanyak-banyaknya selagi masih dapat jabatan.

Itulah tahta. Banyak yang buta dibuatnya. Orang yang mengejar tahta tentu saja tuhannya adalah tahta/jabatan. Demi mencapai tujuan memperolehnya rela melakukan apa saja. Dan ketika tujuan sudah tercapai, dirinya akan diperbudak oleh tujuannya itu. Dia akan memuja-muja tahtanya. Setiap hari yang dipikirkannya hanyalah tahtanya. Orang yang sepeti ini sangat takut jika jabatannya hilang. Oleh karena itu untuk menjaga tuhannya (jabatannya) tadi, dia akan melakukan apapun baik dengan jalan sikut kanan sikut kiri, tendang muka dan belakang, pukul atas dan bawah. Itulah orang yang bertuhan terhadap tahta/jabatan.

Kemudian wanita. Tidak ada di dunia ini lelaki yang tidak menyukai yang namanya wanita. Wanita diciptakan di dunia untuk mendampingi laki-laki. hal itu memang sudah menjadi kodratnya sebagai wanita. Wanita merupakan sesuatu yang sangat di idam-idamkan bagi lelaki. Banyak yang berpendapat, dunia akan sunyi dan sepi jika wanita tidak ada di dalamnya. Dan itu memang benar.

Namun, kita banyak yang diperbudak oleh yang namanya wanita. Untuk mendapatkannya rela melakukan cara yang tidak diridhai oleh Allah. Demi wanita kita rela korupsi. Demi wanita kita lain kita berdusta dengan istri di rumah dengan alasan rapat kerja, pelatihan, studi banding, dan berbagai macam alasan lainnya. Demi wanita rela menyewa hotel dengan tarif 5 juta rupiah per malam, sementara istri di rumah tidur di atas kasur yang tipis dan kedinginan. Demi wanita tidak takut lagi terhadap ancaman hukuman yang ditetapkan oleh Allah karena wanita telah menjadi tujuan utamanya. Dengan demikian tuhannya adalah Wanita.

Melihat gambaran ketiga faktor itu kita berada di mana? Apakah kita berada di dalamnya atau salah satu di dalamnya? Karena selama ini kita banyak sekali dibutakan oleh dunia. Sehingga secara tidak sengaja kita telah berselingkuh dengan dunia dan menduakan Allah. Dunia telah menutupi jiwa dan keimanan kita. Dunia membuatakan mata hati kita. Allah yang selama ini memberikan karunianya kepada kita, namun kita juga tidak menyadari dan menginsyafi semua itu. Kita telah lupa dengan Allah karena dunia. Kita tidak lagi melihat Allah karena dunia. Dunia, oh dunia.

Sebenarnya Allah tidak melarang kita untuk mengumpulkan harta, mencari jabatan, mencari wanita yang cantik. Tetapi jangan sampai semua itu kita jadikan sebagai tujuan utama kita. Carilah harta dengan cara yang halal kemudian gunakan harta tersebut untuk sebagai sarana menuju kepada Allah. Contoh kita gunakan untuk beribadah haji, bersedekah, membantu fakir miskin. Jabatan kita gunakan sebagai sarana untuk menuju Allah dengan cara mengayomi masyarakat dan bawahan, bertindak adil, dan membantu segala kesusahan dan persoalan yang dihadapi oleh rakyat. Wanita yang cantik kita gunakan juga sebagai sarana untuk menuju Allah. Mempunyai istri yang cantik bukan berarti kita manjakan untuk membeli ini dan itu. Tapi, kita bimbing dia bagaimana caranya menjadi wanita muslimah. Wanita yang cantik tidak perlu seksi, berbodi montok, pakaian yang serba ketat, atau dandanannya seperti seleberitis. Tetapi wanita yang cantik adalah wanita yang pola berpakaiannya serta sikapnya sesuai dengan aturan agama Islam. Wanita yang cantik adalah wanita yang sifatnya halus, lembut, dan sayang terhadap suami dan keluarganya.

Wahai Yaa Allah, selama ini Engkau Maha Melihat, tapi kami mencari yang buta, yakni dunia. Selama ini Engkau Maha Mendengar, tapi kami mencari yang tuli, yakni dunia. Selama ini Engkau Maha Kaya, tapi kami mencari yang miskin, yakni dunia. Selama ini Engkau Maha Indah, tapi kami mencari yang jelek, yakni dunia. Selama ini Engkau Yang Maha Besar dan Berkuasa dan tidak ada yang sama denganMu Yaa Allah, tapi kami mencari yang kerdil, yakni dunia. Ampunilah kami yang selama ini telah lupa padaMU Yaa Allah. Ampunilah kami yang telah tergelincir ke dalam dunia Yaa Allah. Ampunilah kami yang selama ini menjadikan dunia menjadi tujuan kami. Dan Kami sangat yakin, Engkau Maha Pengampun. Amin Yaa Rabbal Alamiin.


(Faisal Anwar;Tanah Bumbu, 15 Desember 2009)


Baca selengkapnya......

Minggu, 13 Desember 2009

KITA PERLU STRESS UNTUK TAHU APA ITU KETENANGAN

Mungkin ketika Anda membaca judul tulisan di atas bertanya-tanya, atau mungkin mentertawakan, atau mungkin beranggapan mengapa kita perlu stress agar mengetahui apa itu ketenangan. Saya sendiri juga agak lucu juga membuat judul di atas menjadi judul tulisan ini. Tapi hal itu memang benar karena saya telah membuktikannya.

Mengapa kita sangat memerlukannya? Karena kalau tidak mengenal atau mengalami yang namanya stres, kita tidak akan merasakan atau memperoleh yang namanya ketenangan. Di dalam hidup kita juga memerlukan musibah. Kita memerlukan penderitaan. Mengapa? Kita memerlukan musibah agar bisa tahu apa itu nikmat. Kita juga perlu penderitaan untuk bisa tahu apa itu kesenangan yang sebenarnya. Pertanyaannya, apakah kita mau?

Nah, itulah kebanyakan manusia. Kadang-kadang manusia tidak melihat Allah pas lagi senang, kaya, tenar, hebat, dan segalanya. Kadang-kadang kita beranggapan bahwa karena diri kita lah bahwa kita bisa kaya, sukses, tenar, ngetop, dan lainnya. Tapi, kalau dikala lagi susah Tuhan lah yang disalahkan. Kita beranggapan seolah-olah Allah tidak adil menurunkan ujian yang berat. Allah dianggap tidak adil memberikan cobaan atau takdir.

Itulah manusia. Kebanyakan dari kita kalau lagi sakit selalu dekat dengan Allah. Tapi kalau sudah senang kebanyakan dari kita say goodbye to Allah. Pas lagi diberi oleh Allah rezeki dan harta yang melimpah hilang kendali, bingung menghabiskan duit. Maka dihabiskanlah ke diskotik, narkoba, miras, cari kupu-kupu malam, berjudi, dan perbuatan maksiat lainnya. Karena ujian yang enak telah diberikan oleh Allah kepada kita, tetapi kita lupa kepada-Nya, lalu Allah menurunkan ujian versi yang lain lagi. Allah tarik kembali harta yang telah dititipkan kepada kita. Setelah terjadi yang demikian, maka Allah lah yang disalahkan.


Sebenarnya kita sendiri tidak sadar, bahwa dibalik kesusahan, dibalik musibah yang diberikan oleh Allah kepada kita di situ ada kasih sayang Sang Khaliq. Allah menginginkan kita kembali mengingatnya. Allah tidak menginginkan hambanya berselingkuh dengan dunia. Allah menginginkan hamba-Nya untuk kembali menuju jalan-Nya. Itulah kasih sayang Allah yang diberikan di saat musiabah menimpa kita.

Makanya, kalau enggak kepengen kita melihat, mengenal, dan mendekati-Nya dalam kesusahan, buru-buru sekarang kita melihat, mengenal dan mendekati-Nya. Artinya, pas lagi kaya cepat-cepat ingan Dia, benahi kelakuan, jangan sombong, jangan zalim. Pas sehat, cepat-cepat menegakkan punggung buat shalat, cepat-cepat merelakan dahi buat sujud, supaya tidak disadarkan dengan penyakit. Pas punya jabatan, cepat-cepat deh ingat-ingat yang dibawahan. Jalankan amanah, jangan korupsi, jangan kolusi dan nepotisme. Jangan sampai harus disadarkan dicabut kembali jabatannya dengan jalan dilengserkan oleh rakyat secara tidak hormat. Pas lagi mampu, buru-buru dah kita ingat-ingat sama yang tidak mampu. Dengan begini, kita tidak perlu dicabut kesenangan, kekayaan, jabatan kita. Soalnya Allah menganggap tidak perlu membuat kita susah, membuat kita jatuh miskin, atau membuat kita sakit yang berlebihan. Toh tanpa diingatkan Allah, kita sudah ingat duluan kepada Dia.
"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (Al-Hasyr:19)


Ada cerita di zaman Abu Nawas. Seorang pria yang sudah berkeluarga mendatangi Abu Nawas yang sedang duduk di teras rumahnya. Lalu pria itu mengeluhkan kesusahannya kepada Beliau. Pria itu mengeluhkan bahwasanya rumahnya terlalu kecil, anaknya sudah tiga kemudian barang-barangnya banyak membuat sempit dan gerah suasana rumahnya. Dia menginginkan bagaimana caranya agar keadaan rumahnya lengang tanpa harus membuat rumah yang besar. Lalu, oleh Abu Nawas lelaki itu disuruh membeli dua ekor kambing. Pria itu bingung dan bertanya lagi mengapa dia harus membeli dua ekor kambing dan meletakkannya di dalam rumah, sementara rumahnya sudah sempit. Abu Nawas memberikan perintah, bahwa kalau ingin tenang harus melakukan hal tersebut.

Dua hari kemudian datanglah lagi pria itu menemui Abu Nawas. Dia protes dan mengatakan Abu Nawas membohongi dirinya. keadaan rumahnya bukannya tenang tetapi menjadi sebaliknya. Tanpa komentar Abu Nawas memberikan perintah kepada pria itu agar membeli dua ekor angsa. Dan pria itu tentu saja makin bertambah bingung. Namun, ia tetap menurut saja terhadap apa yang diperintahkan oleh Abu Nawas.

Dua hari kemudian datang lagi pria itu menemui Abu Nawas lagi dan mengajukan protes terhadap apa yang telah disarankan oleh Beliau. Tanpa panjang lebar Abu Nawas memberikan perintah lagi yang ketiga kalinya Untuk membeli seekor sapi. Kontan saja pria itu terkejut dan marah. Dia mengatakan yang telah disarankan Abu Nawas beberapa hari itu saja sudah membuat dia stress bukan kepalang, ditambah lagi dengan sapi di dalam rumahnya. Dan dia juga beranggapan bahwa Abu Nawas sudah gila. Namun, Abu Nawas berkata lain. Beliau menyarankan untuk memperoleh ketenangan dia harus menuruti sarannya yang terakhir kalinya.

Dua hari kemudian datang lagi pria itu menemui Abu Nawas dengan kemarahan yang sangat besar. Abu Nawas melihat pria itu marah-marah hanya membalas dengan tersenyum saja. Setelah pria itu melampiaskan kemarahannya, Abu Nawas memberikan saran terbaiknya. Beliau menyuruh pria itu menjual kambing, angsa, dan sapi yang dibelinya beberapa hari lalu ke pasar. Dan pria itu menurutinya.

Dua hari kemudian pria itu datang lagi menemui Abu Nawas. Kali ini dia tidak marah lagi. Pria itu tersenyum-senyum dan mengucapkan banyak-banyak terima kasih telah diberikan solusi yang baik. Dia dan keluarganya merasa rumah yang kecil itu terasa sangat lengang. Dan Abu Nawas memberikan nasihat, bahwa semua itu karena Allah, bukan karena dia. Abu Nawas memberikan pengertian kepada orang itu, bahwasanya setiap kesusahan yang kita hadapi Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada kita. Makanya di saat kita stress itu bukanlah suatu bencana. Tetapi, stress adalah jalan yang menuntun kita kepada ketenangan.

Dari cerita di atas dapat kita ambil makna, bahwa dikala kita sedang stress, jangan kita bingung dan jangan kita lupa kepada Allah. Karena semua itu telah diatur oleh Allah. Kalau kita selalu dekat dengan Allah, maka Allah akan lebih dekat dengan kita. Allah akan selalu menenteramkan dan memberikan kita kedamaian. Tetapi kalau kita jauh dari-Nya, maka Dia akan menjauh juga dari kita.

Oleh karena itu, optimislah selalu kepada Allah. Jangan sampai kita pesimis. Jangan sampai kita berprasangka buruk kepada Allah dikala sedang dalam kesusahan. Berprasangka baiklah selalu kepada Allah. Karena Allah selalu menuntun kita menuju jalan yang benar di saat kita tersesat. Allah akan memberikan kita perlindungan di saat kita sedang kesusahan. Dan ingatlah, Allah tidak akan memberikan ujian jika hambanya tak sanggup melewatinya. Optimislah selalu, bahwasanya ujian yang diberikan oleh Allah dapat kita lewati atas kehendakNya. Amin yaa rabbal alamin.


Bagaimana menurut Pian?
Faisal Anwar; Tanah Bumbu 14 Desember 2009


Baca selengkapnya......

Selasa, 08 Desember 2009

Catatan Sambil Larut

Catatan sambil larut...

Beberapa hari lalu, sewaktu pertama kali saya umumkan di depan kelas, di hadapan para siswa saya ketika pelajaran Bahasa Indonesia, bahwa untuk semester II nanti materi pelajaran Bahasa Indonesia silahkan download di blog saya, dan untuk jawaban tugas kirimkan ke Facebook saya. Kontan saja saat itu semua ribut. Mereka pusing tujuh keliling. Bahkkan ada yang menilai saya sudah tidak waras lagi. Bahkan mereka banyak yang protes, ada yang mengatakan belum bisa menggunakan internet, rumah jauh ke warnet, tidak punya HP untuk mengakses internet, bahkan ada juga yang mengatakan "Uma ai Bapak kekizilan banar meambil materi pelajaran pakai blog segala, jawaban tugas dikirim melalui facebook lagi." Mendengar yang seperti itu saya hanya senyum-senyum saja, seperti yang dilakukan oleh Pak Daud Pamungkas (salah satu dosen saya di PBSID FKIP Unlam) pada waktu pertama kali mengumumkan kepada mahasiswa, bahwa materi kuliah harus didownload di blognya. Rencana saya tersebut tentu saja ada yang mendukung. alhamdulillah yang mendukung lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak sama sekali.

Semakin hari para siswa semakin ribut saja, apalagi setelah ada beberapa siswa yang tidak tuntas ulangan harian dan mereka harus melihat tugas di blog kemudian mendownloadnya lalu harus mengumpulkan tugasnya keesokan harinya. Tentu saja kejadian ini menambah keributan di antara siswa yang remedial.

Alhamdulillah setelah kejadian ini, para siswa yang remedial ketagihan karena melihat fitur-fitur yang disajikan di dalamnya. Namun, bagi mereka yang tidak remedial masih banyak yang protes dengan rencana saya yang sudah mulai berjalan ini. Otomatis rumor pun berkembang ke mana-mana.

Dan memang benar, rumor tersebut tidak hanya berkembang di kalangan siswa kelas X, tetapi juga sampai ke kelas XI dan XII, bahkan samapi ke telinga para guru di SMAN 1 Simpang Empat. Para guru yang mendengar seperti itu, apalagi dipromosikan oleh Pak Fajar Sadiq yang merupakan guru TI pada rapat dinas, sontak semua guru yang hadir pada rapat itu tercengang-cengan. Ada yang senang dengan saya mengembangkan model pembelajaran yang demikian, ada juga yang tidak senang karena mereka mungkin merasa tersaingi dan mungkin saja jauh ketinggalan. Hal ini ditandai karena mereka selama ini hanya menggunakan papan tulis dan buku saja sebagai media pembelajaran. Ya, paling keren mereka menggunakan Power Point sebagai presentasi mengajar. Alhamdulillah sudah ada kemajuan.

Mengapa saya mengembangkan model pembelajaran dengan cara demikian? Jawabannya tentu saja saya ingin maju. Saya ingin beda dengan yang lain. Karena apa? Karena selama ini saya melihat siswa sudah merasa jenuh dengan model pembeajaran yang itu-itu saja. Walau dengan tampilan power point, merekan juga jenuh. Apalagi selama ini ruang multimedia jadi rebutan sebagai kelas untuk mengajar salah satu mata pelajaran. Biasalah.., kalau lagi musim mengajar menggunakan power point, semua pada sibuk membuat materi dengan menggunakan power point. Tapi ketika datang perubahan musim, ruangan multimedia menjadi ruangan berhantu, tak dihuni oleh siapa pun.

Hal inilah yang mendorong saya untuk melakukan inovasi terbaru. Ditambah lagi dorongan dari Pak Fajar yang merupakan sahabat saya yang sering memberikan penjelasan banyak tentang internet, ditambah lagi dorongan dari Pak Zabir, Pak Addin, Bu Wahidah yang terus memberikan semangat. Juga tak lupa dorongan dari Kepala SMAN 1 Simpang Empat (Drs. Umar Nihayah) yang selalu memberikan motivasi kepada saya.

Alhamdulillah ketika model pembelajaran ini berjalan, guru-guru di SMAN 1 Simpang Empat sudah beramai-ramai belajar membuat facebook. Mudah-mudahan mereka juga dapat membuat blog untuk meramaikan metode pembelajaran dengan menggunakan internet. Dan taklupa pula, mudah-mudahan dengan hadirnya blog saya para siswa juga bisa semangat dalam mengikuti pelajaran.


Baca selengkapnya......

Sabtu, 05 Desember 2009

PUISI MANG AE....

AKU BELUM PUAS

Aku lihat fotomu yang tergantung di kamar
tersenyum pahit menyimpan sejuta rahasia
menangkap bayang-bayang kenangan
masa lalu yang begitu kelam

Aku lihat fotomu
tergambar begitu rupa, samar..
wajah lusuh menyingkap tirai-tirai kehidupan

Aku telah muak dengan keadaan yang seperti ini
anak-anak bangsa banyak memperkosa dirinya sendiri
wanita banyak menjadi sundal
rela menjadi budak malam
laki-laki menjadi binatang
melacurkan diri kepada ibunya.

Aku telah muak melihat orang-orang di atas
berbagai janji dengan mulut berbusa penuh dusta
dosa-dosa dikembangbiakkan dan dibesarkan dengan penuh manja
menjadi mawar hitam bagi umat manusia

Aku juga telah muak terhadap orang-orang yang suci
menjual dalil-dalil demi isi perut
saling hantam dan menjatuhkan dengan sesama
untuk memperoleh pengikut yang sebanyak-banyaknya

Aku telah muak dengan sistem pendidikan negeri ini
dengan uang nilai yang tinggi dapat diarih
tak perlu lagi susah-susah untuk sekolah
toh ijazah hanya secarik kertas yang tak ada nilainya

Kecerdasan tak lagi berharga
dengan uang dapat genggam dunia
ilmu pengetahuan tak lagi berbicara
ijazah palsu makin merajalela

Tapi…
aku hanya bisa puas dengan seorang pelacur murahan
duduk berdua sambil kubelai rambutnya
mendengarkan keluh kesah yang dirasakan
jujur ia berkata “aku perlu biaya untuk hidup”

Kami terus bercerita, memandang tepian sungai Barito
di bawah remang cahaya lampu jembatan Barito
hingga rembulan menghempaskan diri
dipangkuan bintang merajut asa

Aku masih juga belum puas, tapi tak mampu meminta
rembulan yang menghempaskan dirinya dipangkuan bintang
hanya mampu mengobati rasa mualku
untuk sesaat…
ya. Untuk sesaat

Aku bangkit dari tidur yang sementara
akhh….. hari telah terlalu gelap
rembulanku tertidur pulas


Sketsa senja di tepi sungai Barito 2005
Faisal Anwar (Banjarmasin, 23 Maret 2005)



Baca selengkapnya......

Jumat, 04 Desember 2009

Baca selengkapnya......