Rabu, 17 Februari 2010

Menulis Nyaman dan Memberikan Manfaat

Kemarin sore dihebohkan dengan berita, bahwa anak buah saya (siswa) berkelahi dengan kawan satu sekolah dengan mereka. Tawuran dan ajang pukul pun terjadi. Menurut cerita, perkelahian mereka juga melibatkan seorang nenek. Bahkan ada pengakuan, bahwa si nenek diangkat oleh siwa saya, kemudian dilemparkan ke kolam di samping rumahnya. Masya Allah, mungkinkah ini memang benar-benar terjadi?

Alhamdulillah, ketika dikroscek terhadap anak-anak yang terlibat perkelahian itu, ternyata si nenek jatuh sendiri ke kolam karena ingin melerai perkelahian tersebut. Ini berdasarkan pengakuan cucunya sendiri yang merupakan salah satu aktor di dalam perkelahian itu. Dalam hati sempat berpikir awalnya, kok begitu kejamnya siswaku kalau memang benar melempar nenek-nenek ke kolam. Penyiksaan yang lebih kejam dari PKI. Syukurlah, ternyata kabar itu tidak benar adanya.

Akhirnya, bersama kepala sekolah dan saya beserta Kapolsek Simpang Empat berhasil mendamaikan dan memberikan pernyataan bahwa mereka tidak akan mengulanginya lagi. Ya, syukurlah mereka mau berdamai. Ini adalah sekila cerita memulai sebuah tulisan ini.

Nah baru masuk ke dalam pokok tulisan!
Dulu sebelum bergabung dengan Kelompok Pecinta Menulis yang digawangi oleh Pak Ersis, saya sangat ingin sekali membuat tulisan. Tapi apa nyatanya, berbagai kesulitan dan kesusahan melanda. Belajar dari teori-teori menulis yang membuat otak ini puyeng karena harus menulis seperti ini, itu, begini, begitu, dan sebagainya yang membikin mumet. Apa jadinya? tak ada satu pun tulisan yang selesai. Padahal keinginan untuk membuat tulisan sangat menggebu-gebu. akhirnya kekecewaanlah yang muncul. Perasaan kecewa berkecamuk di dalam hati karena merasa sia-sia membeli buku teori menulis yang akhirnya membuat sulit untuk menciptakan tulisan.

Kekecewaan itu akhirnya pupus dengan sendirinya setelah seiring ikut mencoba belajar dan bergabung dengan kampanye menulis yang dilakukan oleh Pak Ersis. Awalnya sih cuma coba-coba saja. Dan perasaan takut pun sering muncul kalau-kalau tulisan saya diejek habis-habisan di FB nanti. Dengan belajar dan terus belajar, berusaha menyakinkan diri, dan selalu berusaha mencoba disertai dengan nasihat dan gembelangan Pak Ersis walau hanya melalui dunia maya, alhamdulillah apa yang diharapkan pun bisa terwujud. Hasilnya, menulis memang benar-benar nyaman.

Kalau dulu menulis merupakan musuh yang sangat menakutkan semenjak mendapat cacian sewaktu SD dulu, namun sekarang menulis merupakan hal yang mengasyikkan. Bagaimana tidak mengasyikkan, menulis sekarang ini dijadikan sebagai kebutuhan hidup. Kalau saja sehari tidak membuat tulisan, perasaan bersalah terhadap diri akan muncul begitu saja. Diri akan terus menegur dan mengejek kalau tidak membuat tulisan dalam sehari. Dan perasaan malu kepada para sahabat di FB jika tidak menuliskan satu tulisan saja setiap hari. Dan saya yakin sejelek-jeleknya tulisan saya pasti ada yang membacanya.

Menulis memang benar-benar nyaman. Apa buktinya? ya buktinya jelas, bahwa kita tuliskan saja segala pikiran yang bergelayut di otak kita. Untuk apa harus pusing dengan segala teori yang membingungkan. Yang penting adalah tulis dan terus menulis. Ikuti terus pikiran ini seperti air yang mengalir tenang tanpa gelombang. Rasanya tak ada yang disulitkan dengan yang namanya menulis. Bahkan dengan menulis kita dapat menemukan kepuasan batin sendiri. Mengapa orang banyak yang senang menulis? Tentu jawabannya adalah menulis memang nyaman. Mungkin seperti itu kebenarannya.

Berkaca kepada peradaban dunia yang sampai saat ini terus berkembang, Cina contohnya. Negeri Tirai Bambu itu sejak dari zaman dulunya sudah mengenal tulisan. Bahkan sejarah mengatakan, bangsa pertama yang menemukan dan mengenal tulisan adalah Bangsa Cina. Berbagai hasil karya tulis banyak dihasilkan oleh negeri ini. Dan tulisan-tulisan mereka tidak hanya dipelajari di negeri sendiri, namun juga dipelajari oleh berbagai negara di belahan dunia.

Tahukah kita dengan Sun Tzu? Sun Tzu seorang Jenderal Cina yang dan juga seorang penulis buku terkenal yang berjudul "Seni Perang" sebuah karya klasik Cina yang isinya tentang strategi perang. Karya-karya Sun Tzu pada saat itu pada saat itu sangat terkenal hingga sampai sekarang. Karya-karya Sun Tzu tidak haya digunakan di Cina, tetapi juga dipelajari dan dipakai oleh orang-orang Jepang. Sudah sejak zaman para samurai di Jepang mempelajari karya-karyanya Sun Tzu ini. Oda Nobunaga, salah seorang penguasa dari marga Owari yang mempunyai wilayah kekuasaan yang sangat besar mempelajari karya yang ditulis oleh putera Tirai Bambu ini. Kemudian Toyotomi Hideyoshi, seorang panglima tertinggi marga Owari yang sangat terkenal dengan kepandaian berbicaranya serta taktik berperangnya, juga mempelajari karya tersebut. Begitu pula dengan Takenaka Hanbei salah satu penasihat perang Hideyoshi yang berasal dari marga Hasciuka pada saat itu paling ditakuti oleh marga Owari dan marga-marga lainnya di Jepang banyak belajar dari karya Sun Tzu. Kemudian, Tokugawa Ieyasu seorang yang berhasil menyatukan seluruh marga di Jepang juga lebih banyak mempelajari karya-karya yang ditulis oleh orang tersebut. Tentunya, karya-karya Sun Tzu sangat hebat sekali hingga banyak orang Jepang yang mengadopsinya.

Dari contoh di atas, Sun Tzu seorang Jenderal Besar Cina yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan pasukan yang hebat, suka sekali menulis. Dia dengan piawainya menulis hingga melahirkan sebuah karya yang besar dan banyak dipelajari orang. Bahkan untuk mempersatukan Jepang saja, karya ini dijadikan pegangan dalam perjalanan perjuangannya. Hal ini membuktikan bahwa nyamannya membuat tulisan, dan hasil dari tulisan itu ternyata memberikan banyak manfaat bagi semua orang.

Begitu pula apa yang dilakukan oleh Pak Ersis selama ini. Beliau membuktikan dengan teorinya bahwa menulis itu memang nyaman. ya benar nyaman. kalau tidak, tak mungkin Beliau menghasilkan tulisan yang begitu banyaknya. Dalam sehari saja mampu membuat hingga tujuh tulisan, belum termasuk karya ilmiah. Dan sudah tentu hasil tulisan beliau banyak memberikan manfaat bagi kita semua. Berkat tulisan-tulisan Beliaulah kita dapat belajar menulis, hingga menjadi penulis. Inilah bukti kebenaran itu. Mudah-mudahan kita mampu melakukan hal yang demikian.

Bagaimana menurut Sampeyan?

Tanah Bumbu, 4 Februari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar / berkonsultasi di sini, tetapi jangan yang berbau SARA.