Rabu, 17 Februari 2010

Menulis: Dibombardir Dengan Sebuah Tulisan

Beberapa hari lalu, ketika membuka FB ada pesan masuk dari Pak Ersis yang mengajak membuat buku 2010. Wah, ini adalah sebuah kesempatan besar yang sangat rugi jika dilewatkan begitu saja. Dalam pikiran langsung bergelayut berbagai macam ide, kira-kira mana yang cocok untuk dimasukkan ke dalam sayembara penulisan buku 2010 itu. Mudah-mudahan saja dapat masuk dalam nominasi. Seandainya tidak, hal ini bukan menjadi halangan bagi saya untuk tetap menulis.

Sebenarnya tulisan ini sudah selesai beberapa hari yang lalu, setelah Pak Ersis mengagak membuat buku 2010. Tapi karena berbagai kendala, dari jaringan speedy di warnet langganan sering gangguan, kemudian ke lab internet di tempat kerja lebih parah lagi gangguannya, oleh karena itu terpaksa tertunda di masukkan ke FB. Tapi tidak apa-apa. Sesuai dengan pepatah yang sering digunakan di lingkungan kita "Lebih baik terlambat daripada sama sekali" lebih baik terlambat memuat tulisan daripada tidak memuat sama sekali, disertai dengan raja alasan yang beragam.

Sudah sekian waktu Pak Ersis memberikan bimbingan menulis kepada kita. Berbagai wejangan teori dan nasihat yang diberikan Beliau melalui tulisan di FB. Mungkin Beliau dapat menilai, sudah sejauh mana tingkat kemampuan menulis kawan-kawan, sehingga mengajak kita untuk membuat buku bersama. Dan melalui sayembara ini, kita selakun penulis pemula dapat mengukur sudah sejauh mana kepiawaian kita dalam menulis. Kalau masuk dalam nominasi, wah hebat. Anda merupakan seorang penulis yang hebat. Mudah-mudahan demikian.

Di saat pikiran mencari sebuah ide yang pas untuk dijadikan judul tulisan, dan ketika tangan dengan piawainya menggerakkan mouse untuk melihat sebuah bacaan, pada saat itulah ada bacaan yang terasa sekali membombardir diri, yakni "Menulis: Berbekal kamus". Kita sadar bahwa selama ini kamus hanya dijadikan pajangan dan hiasan pada lemari buku. Entah mengapa, inilah kekurangan yang harus kita insyafi bersama.

Memang benar adanya, harga kamus di pasaran sangatlah mahal. Apalagi untuk kamus yang kualitasnya bagus. Terus terang saja, banyak orang yang menyepelekan kamus. Untuk apa sih membeli kamus? Itulah pernyataan dan pertanyaan dari setiap orang yang saya tanya. Kamus dianggap sebagai hal yang tidak terlalu penting dalam kehidupan. Harga kamus yang mahal membuat rang berpikir lebih baik membeli sesuatu yang dapat membuat kenyang perut atau membeli pakaian yang modis. Jangan heran, jika banyak sarjana lulusan Bahasa Indonesia, bahkan dosennya juga tidak memiliki kamus. Padahal kamus sangat begitu penting bagi kita, khusunya para penulis.

Lantas apa hubungannya kamus dengan judul di atas. ya, sangat jelas ada. Ketika membaca tulisan Pak Ersis pada tanggal 23 Januari kemarin yang berjudul "Menulis: Berbekal Kamus" serasa ada godam menghantam dada. Dan diri ini sangat malu, karena selama inin terlalu meremehkan kamus. Padahal kamus itu sangat begitu pentingnya bagi kita yang suka membaca dan menulis.

Tidak hanya melalui tulisan itu, tulisan sebelumnya juga banyak yang membombardir diri ini. Berbagai statement yang dikeluarkan Pak Ersis berusaha menggojlok kita agar menulis jauh lebih baik lagi dari semula. Setelah dibombardir demikian apakah patah sayap? Oh alangkah tragisnya jika kita sampai patah sayap dalam menulis. Bombardir itu sebagai pemicu kita untuk selalu melakukan perubahan dengan tulisan kita. Pak Ersis menginginkan kita agar membuat tulisan dengan baik, dan diksi yang mantap tentunya.

Saya membaca buku "Menulis Mudah Dari Babu Sampai Pak Dosen" yang disunting oleh Pak Ersis sendiri. Di dalamnya berisi 33 tulisan pemenang lomba menulis www.webersis.com dan www.menulismudah.com. Di sana ada tulisan yang berkesan bagi saya ditulis oleh Syifa Aulia yang berjudul "Mungkinkah Babu Menulis." Saya sangat terkesan dengan tulisan tersebut bahwasanya seorang babu saja mampu membuat sebuah tulisan yang baik. Mengenai hinaan, hujatan, cacian, makian sudah sering ia alami. Bahkan di saat pertama kali ia abergabung dengan FLP (Forum Lingkar Pena) wilayah Hongkong. FLP di negeri tersebut anggotanya bukanlah para pelajar dan mahaiswa, tetapi para TKW yang mengais rezeki di negeri itu. Dan ketika mereka mensosialisasikan organisasi itu ke KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia) di Hongkong, berbagai tanggapan dari KJRI keluar. Sifatnya tentu saja mengejek. Namun, ejekan dan cacian dari para TKW yang memang berniat ingin menulis ternyata membuahkan hasil. Dengan bekerja keras disertai dengan semangat menulis yang tinggi dalam waktu setahun kemudian mereka membuka mata para pejabat di KJRI. Bukan main, antalogi cerpen pun diterbitkan. Bahkan Taufiq Ismail dan para penulis beken lainnya juga memberi apresiasi, ditambah lagi Menteri Tenaga Kerja, Fahmi Idris memberikan kata sambutan. Sungguh sangat membanggakan sekali tentunya.

Berkaca dari pengalaman yang ditulis oleh Syifa Aulia, bombardir yang ditujukan oleh banyak pihak kepada mereka selaku TKW yang bukanlah menjadi tembok penghalang untuk melakukan menulis. Bombardir seperti itu malahan dianggap sebagai cambuk yang keras untuk menggerakkan pikiran dan tangan untuk agar teguh dan terus bekarya. Alhasil, mereka pun berhasil membuktikan diri kepada KJRI yang menganggap rendah mereka. Ini adalah sesuatu yang hebat.

Bagaimana dengan bombardir yang diberikan oleh Pak Ersis kepada kita melalui tuisannya? Tulisan yang diberikan oleh Pak Ersis mengandung banyak hikmah. Beliau selalu saja memberikan pengajaran yang baik dan pantang menyerah demi menciptakan penulis-penulis yang berkualitas pada akhirnya. Beliau juga sangat mengharapkan, ada yang mampu melebihi kemampuan menulisnya. Ini berarti kesuksesan yang sangat besar diraih oleh Pak Ersis. Karena tidak sia-sia mengajarkan menulis kepada kita semua.


Ingatkah kita akan kenangan pada perang dunia II yang mana Pangkalan Angkatan Laut Amerika di Hawai pernah di bombardir oleh Jepang. Kita dapat membayangkan dan melihat melalui film yang berjudul "Pearl Harbour" yang mana pada saat itu tragedi mengerikan terjadi di sana. Angkatan Bersenjata Amerika setelah mendapat serangan seperti itu langsung lumpuh total. Tetapi apakah mereka patah semangat? Ternyata tidak. Setelah kejadian itu Amerika mengambil hikmahnya, mereka bekerja keras membangun kembali kekuatan angkatan bersenjata mereka. Semangat berjuang pun terus dikumandangkan. Kerja keras di berbagai lini dijalankan. Hasil dari kerja keras itu, mereka berhasil membalas serangan keji yang pernah dilakukan Jepang pada mereka beberapa tahun silam. Di Bulan Agustus 1945 Jepang lumpuh total setelah di bom atom oleh Amerika. Inilah hasil kerja keras yang dituai Amerika setelah sempat dibombardir oleh Jepang.

Mudah-mudahan kita dapat berkaca dari kedua contoh di atas. Jangan patah semangat dan teruslah menulis.

Bagaimana menurut sampeyan?


Faisal Anwar; Tanah Bumbu, 27 Januari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar / berkonsultasi di sini, tetapi jangan yang berbau SARA.