Senin, 14 Desember 2009

TUHAN ITU ADALAH TUJUAN

Membaca judul di atas pasti deh banyak sekali yang marah dengan saya. Judul di atas memang tepat. Tuhan adalah tujuan. Kalau kita seorang muslim yang ngakunya Islam, ber-Tuhan pada Allah, maka otomatis tujuannya adalah kepada Allah. Ya memang benar, tujuan kita hidup di dunia ini hanyalah Allah. Kalau kita mempunyai tujuan yang lain berarti kita bertuhan selain Allah.

Saat ini kita secara langsung dapat melihat dan menilai bahwasanya dunia ini adalah sesuatu yang sangat menyenangkan, menikmatkan, menyegarkan. Tetapi, jika kita terus mengejarnya maka dunia akan membuat kesedihan, ketakutan, dan tangisan. Itulah dunia. Sebenarnya dunia menyimpan tangis dan duka yang bertopengkan pada harapan-harapan. Namun, harapan-harapan itu apabila kita kejar akan menjadi sia-sia dan membuat kita celaka.

Kita sebagai umat muslim hendaknya jangan menjadikan dunia ini adalah tujuan. Berbahaya. Dunia meliputi tiga faktor, yakni harta, tahta, dan wanita. Banyak di antara kita yang terjerumus ke dalamnya. Banyak yang rela berkorban apa saja demi menuju tiga faktor ini. Apabila sesorang sudah mengapai yang tiga faktor tersebut, otomatis dia akan lupa dengan Allah. Dan tentu saja tujuannya adalah harta, tahta, dan wanita. Berarti tuhannya adalah harta, tahta, wanita. Bukan lagi Allah.

Siapa sih yang tidak tergiur dengan harta. Dengan harta segala urusan menjadi mudah. Hidup menjadi indah. Ya, dengan harta semuanya bisa dilakukan. Namun, kita kadang-kadang tidak menyadari harta kita itu datangnya atau asal-muasalnya dari mana? Itu yang kadang-kadang membuat kita lupa. Untuk memperoleh harta kita tidak lagi menghiraukan apakah harta yang kita peroleh itu haram atau tidak.

Kita lihat tuh, banyak para pejabat yang korupsi. Ngakunya islam, sudah haji, pengemban amanat rakyat. Tetapi korupsi. Dia tahu bahwa harta yang didaptkannya itu adalah harta yang haram, harta subhat. Tetapi yang namanya tujuannya adalah harta otomatis dia tidak akan peduli semua itu. Contoh lain lagi adalah pedagang. Untuk memperoleh keuntungan yang banyak melakukan hal bermacam-macam, baik dari yang melakukan pengurangan timbangan, meteran, literan dan melakukan berbagai dusta lainnya. Seolah-olah mereka melakukan pratik seperti ini tidak percaya terhadap rezeki yang diberikan oleh Allah. Contoh lain lagi adalah pengen kaya berangkat mencari pesugihan. Jadi babi ngepet, pelihara tuyul atau jin, dan lain-lain. Rela-relanya bertapa sampai tujuh hari tujuh malam di kuburan atau di bawah pohon besar guna untuk mencapai tujuan, yakni kaya.

Kalau sudah demikian, kita kalau melakukan hal-hal seperti contoh di atas berarti tujuan kita adalah harta. Tentu saja tuhan kita adalah harta. Apakah harta bisa menyelamatkan ketika kita sedang menghadapi sakratul maut? Apakah harta akan menolong kita pada hari pembalasan nanti? Jawabannya adalah TIDAK. Hanya Allah lah yang dapat menolong kita dari semua itu. Kita jalani saja hidup ini dengan Allah. Rezeki yang diberikan bukan berarti harta saja, tetapi panca indera kita adalah rezeki yang sangat besar diberikan Allah kepada kita. Kita dapat bernafas juga karunia Allah yang sangat besar. Kita dapat hidup merupakan karunia Allah yang sangat besar juga. Oleh karena itu janganlah kita menilai bahwa rezeki yang diberikan oleh Allah itu hanya harta semata. Mari kita syukuri segala sesuatu yang diberikan oleh Allah terhadap kita di setiap waktu.

Kemudian tahta. Banyak manusia yang berebut tahta. Dengan tahta seseorang dapat memerintahkan dan melakukan apa saja kepada bawahannya. Coba kita kembali lagi kepada kasus Pemilu kemaren. Tuh, banyak para pengejar tahta yang berlomba-lomba memberikan janji kepada rakyat. Untuk memperolehnya berbagai macam hal dilakukan. Baik dengan memberikan sogokan supaya memilih dirinya, menyebarkan fitnah, pergi ke dukun-dukun, dan lain sebagainya. Ketika menjelang hari pemilihan tiba, tahu-tahunya kalah. Stress, nangis, termenung, gila, bunuh diri, stroke dan lain-lain. Itulah akibat dari mengejar tahta bagi yang gagal. Dan bagi berhasil mencapainya, mereka mempersiapkan diri kuda-kuda untuk mengembalikan modal dan mencari keuntungan. Persetan dengan janji. Janji tinggalah janji yang terpenting adalah mengeruk uang sebanyak-banyaknya selagi masih dapat jabatan.

Itulah tahta. Banyak yang buta dibuatnya. Orang yang mengejar tahta tentu saja tuhannya adalah tahta/jabatan. Demi mencapai tujuan memperolehnya rela melakukan apa saja. Dan ketika tujuan sudah tercapai, dirinya akan diperbudak oleh tujuannya itu. Dia akan memuja-muja tahtanya. Setiap hari yang dipikirkannya hanyalah tahtanya. Orang yang sepeti ini sangat takut jika jabatannya hilang. Oleh karena itu untuk menjaga tuhannya (jabatannya) tadi, dia akan melakukan apapun baik dengan jalan sikut kanan sikut kiri, tendang muka dan belakang, pukul atas dan bawah. Itulah orang yang bertuhan terhadap tahta/jabatan.

Kemudian wanita. Tidak ada di dunia ini lelaki yang tidak menyukai yang namanya wanita. Wanita diciptakan di dunia untuk mendampingi laki-laki. hal itu memang sudah menjadi kodratnya sebagai wanita. Wanita merupakan sesuatu yang sangat di idam-idamkan bagi lelaki. Banyak yang berpendapat, dunia akan sunyi dan sepi jika wanita tidak ada di dalamnya. Dan itu memang benar.

Namun, kita banyak yang diperbudak oleh yang namanya wanita. Untuk mendapatkannya rela melakukan cara yang tidak diridhai oleh Allah. Demi wanita kita rela korupsi. Demi wanita kita lain kita berdusta dengan istri di rumah dengan alasan rapat kerja, pelatihan, studi banding, dan berbagai macam alasan lainnya. Demi wanita rela menyewa hotel dengan tarif 5 juta rupiah per malam, sementara istri di rumah tidur di atas kasur yang tipis dan kedinginan. Demi wanita tidak takut lagi terhadap ancaman hukuman yang ditetapkan oleh Allah karena wanita telah menjadi tujuan utamanya. Dengan demikian tuhannya adalah Wanita.

Melihat gambaran ketiga faktor itu kita berada di mana? Apakah kita berada di dalamnya atau salah satu di dalamnya? Karena selama ini kita banyak sekali dibutakan oleh dunia. Sehingga secara tidak sengaja kita telah berselingkuh dengan dunia dan menduakan Allah. Dunia telah menutupi jiwa dan keimanan kita. Dunia membuatakan mata hati kita. Allah yang selama ini memberikan karunianya kepada kita, namun kita juga tidak menyadari dan menginsyafi semua itu. Kita telah lupa dengan Allah karena dunia. Kita tidak lagi melihat Allah karena dunia. Dunia, oh dunia.

Sebenarnya Allah tidak melarang kita untuk mengumpulkan harta, mencari jabatan, mencari wanita yang cantik. Tetapi jangan sampai semua itu kita jadikan sebagai tujuan utama kita. Carilah harta dengan cara yang halal kemudian gunakan harta tersebut untuk sebagai sarana menuju kepada Allah. Contoh kita gunakan untuk beribadah haji, bersedekah, membantu fakir miskin. Jabatan kita gunakan sebagai sarana untuk menuju Allah dengan cara mengayomi masyarakat dan bawahan, bertindak adil, dan membantu segala kesusahan dan persoalan yang dihadapi oleh rakyat. Wanita yang cantik kita gunakan juga sebagai sarana untuk menuju Allah. Mempunyai istri yang cantik bukan berarti kita manjakan untuk membeli ini dan itu. Tapi, kita bimbing dia bagaimana caranya menjadi wanita muslimah. Wanita yang cantik tidak perlu seksi, berbodi montok, pakaian yang serba ketat, atau dandanannya seperti seleberitis. Tetapi wanita yang cantik adalah wanita yang pola berpakaiannya serta sikapnya sesuai dengan aturan agama Islam. Wanita yang cantik adalah wanita yang sifatnya halus, lembut, dan sayang terhadap suami dan keluarganya.

Wahai Yaa Allah, selama ini Engkau Maha Melihat, tapi kami mencari yang buta, yakni dunia. Selama ini Engkau Maha Mendengar, tapi kami mencari yang tuli, yakni dunia. Selama ini Engkau Maha Kaya, tapi kami mencari yang miskin, yakni dunia. Selama ini Engkau Maha Indah, tapi kami mencari yang jelek, yakni dunia. Selama ini Engkau Yang Maha Besar dan Berkuasa dan tidak ada yang sama denganMu Yaa Allah, tapi kami mencari yang kerdil, yakni dunia. Ampunilah kami yang selama ini telah lupa padaMU Yaa Allah. Ampunilah kami yang telah tergelincir ke dalam dunia Yaa Allah. Ampunilah kami yang selama ini menjadikan dunia menjadi tujuan kami. Dan Kami sangat yakin, Engkau Maha Pengampun. Amin Yaa Rabbal Alamiin.


(Faisal Anwar;Tanah Bumbu, 15 Desember 2009)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar / berkonsultasi di sini, tetapi jangan yang berbau SARA.