Sabtu, 05 Desember 2009

PUISI MANG AE....

AKU BELUM PUAS

Aku lihat fotomu yang tergantung di kamar
tersenyum pahit menyimpan sejuta rahasia
menangkap bayang-bayang kenangan
masa lalu yang begitu kelam

Aku lihat fotomu
tergambar begitu rupa, samar..
wajah lusuh menyingkap tirai-tirai kehidupan

Aku telah muak dengan keadaan yang seperti ini
anak-anak bangsa banyak memperkosa dirinya sendiri
wanita banyak menjadi sundal
rela menjadi budak malam
laki-laki menjadi binatang
melacurkan diri kepada ibunya.

Aku telah muak melihat orang-orang di atas
berbagai janji dengan mulut berbusa penuh dusta
dosa-dosa dikembangbiakkan dan dibesarkan dengan penuh manja
menjadi mawar hitam bagi umat manusia

Aku juga telah muak terhadap orang-orang yang suci
menjual dalil-dalil demi isi perut
saling hantam dan menjatuhkan dengan sesama
untuk memperoleh pengikut yang sebanyak-banyaknya

Aku telah muak dengan sistem pendidikan negeri ini
dengan uang nilai yang tinggi dapat diarih
tak perlu lagi susah-susah untuk sekolah
toh ijazah hanya secarik kertas yang tak ada nilainya

Kecerdasan tak lagi berharga
dengan uang dapat genggam dunia
ilmu pengetahuan tak lagi berbicara
ijazah palsu makin merajalela

Tapi…
aku hanya bisa puas dengan seorang pelacur murahan
duduk berdua sambil kubelai rambutnya
mendengarkan keluh kesah yang dirasakan
jujur ia berkata “aku perlu biaya untuk hidup”

Kami terus bercerita, memandang tepian sungai Barito
di bawah remang cahaya lampu jembatan Barito
hingga rembulan menghempaskan diri
dipangkuan bintang merajut asa

Aku masih juga belum puas, tapi tak mampu meminta
rembulan yang menghempaskan dirinya dipangkuan bintang
hanya mampu mengobati rasa mualku
untuk sesaat…
ya. Untuk sesaat

Aku bangkit dari tidur yang sementara
akhh….. hari telah terlalu gelap
rembulanku tertidur pulas


Sketsa senja di tepi sungai Barito 2005
Faisal Anwar (Banjarmasin, 23 Maret 2005)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar / berkonsultasi di sini, tetapi jangan yang berbau SARA.